JAWA BARAT, Jabarupdate: Calon Gubernur (Cagub) Dedi Mulyadi menyampaikan gagasan perbaikan insfrastruktur desa dan perbaikan kota “Ngurus Lembur, Nata Kota”.
Diketahui, pendekatan ini mencerminkan keseimbangan antara pembangunan pedesaan dan perkotaan, memastikan kemajuan yang merata.
Sebagai pemimpin, Dedi dikenal karena kebijakan yang menyatukan modernisasi dengan pelestarian budaya lokal, membuatnya populer di kalangan masyarakat Jawa Barat.
Program ini menunjukkan komitmennya untuk mengatasi masalah mendasar seperti aksesibilitas, kebersihan, dan kenyamanan, baik di desa maupun di kota.
Dedi Mulyadi berencana menjalankan program “Ngurus Lembur, Nata Kota” untuk meningkatkan kesejahteraan desa dan kota di Jawa Barat, dengan fokus pada infrastruktur, ekonomi, dan pendidikan.
Dia ingin menata desa agar menjadi destinasi wisata dengan ciri khasnya, tanpa menggunakan konsep desa wisata secara tradisional.
Dedi juga berencana meningkatkan pendidikan vokasional berbasis teknologi di pedesaan, melibatkan universitas di Jawa Barat untuk mendukung perkembangan ini.
Visi utamanya adalah mengurangi ketimpangan pembangunan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan pendekatan modern namun berbasis budaya lokal.
Inovasi Dedi Mulyadi Menata Desa
Salah satu inovasi pembangunan desa, salah satunya Lembur Pakuan di Kabupaten Subang, untuk di elaborasikan ke desa-desa di Provinsi Jabar, jika pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan terpilih di Pilgub Jabar 2024.
“Bersih, airnya lancar, tidak ada kriminalitas, kemudian masyarakatnya memiliki kecukupan sandang, pangan dan rata-rata orang di tempat saya bekerja. Maksudnya, enggak ada orang nongkrong, nganggur gitu, enggak ada,” ujar Dedi, Sabtu (19/10/2024).
“Jangan ada kalimat desa wisata, itu cara berpikir sesat menurut saya. Yang benar itu, semua desa harus ditata, maka setiap desa akan menjadi tempat destinasi yang punya ciri khas masing-masing,” tambahnya.
Selain itu, kata dia, dalam lima tahun pihaknya ingin menyiapkan 10 ribu anak-anak Jawa Barat untuk disiapkan sebagai generasi penerus yang memiliki karakter.
“Jadi, siangnya kuliah di engineer, malamnya dia tinggal di komplek tentara, untuk pembentukan karakter. Cina dan Korea sudah berhasil dengan itu,” katanya.
Hari ini, kata dia, ladang sawah di desa-desa itu kosong, tidak ada yang gembala domba, anak-anaknya berkumpul di saung tidak melakukan aktivitas apa-apa, sedangkan orang tuanya menekuni pertanian.
“Sehingga nanti saya mau sistem sekolah misalnya SMK-nya mengarah pada pembangunan sarana-prasarana industri yang berbasis pertanian, jadi anak-anak nanti mainnya di sawah, tapi nyemprot pertanian pakai drone, nyangkul pakai robot, harus begitu,” katanya.
Program ini, dapat dikerjasamakan dengan Universitas yang ada di Jabar seperti ITB, Unpas, Unpad dan lainnya.
“Ya, Saya ingin nanti ya Universitas Pasundan, ITB, Unpad akan saya kerjakan, kemudian sarjana tekniknya engineer-nya harus segera disebar,” ucapnya.