Jumat, September 20, 2024

Cegah Stunting, BKKBN dan Komisi IX DPR RI Gelar Sosialisasi ke Masyarakat Cirebon

Cirebon, Jabarupdate: Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan sosialisasi tentang pentingnya kualitas kesehatan dalam mencegah stunting.

Pada Sabtu (11/11/2023), saat kunjungan di kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat, Netty Prasetiyani menyampaikan beberapa hal.

“Perlu diketahui kita salah satunya adalah mitra strategis BKKBN RI. Tupoksinya memberikan edukasi serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” ucap Netty.

Dia mengatakan bahwa stunting menjadi fokus pemerintah serta program prioritas nasional. Pada 2024, stunting ditargetkan turun menjadi 14 persen.

Netty Prasetiyani mengungkapkan terdapat 4 hal wajib serta 3 hal yang dilarang dalam mengantisipasi stunting.

Tiga hal yang perlu dihindari yaitu jangan ada pasangan nikah secara kebetulan. Kedua, jangan sampai ada pasangan nikah karena kebobolan. Dan Ketiga, jangan sampai asal-asalan mendidik anak.

“Semua dimulai dari keluarga yang tangguh. Maka, orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Jangan menunjukkan hal tidak baik yang nantinya ditiru oleh anak,” kata Netty.

Selain itu, Netty juga menyampaikan empat hal wajib atau rumus agar bisa membangun keluarga yang tangguh serta terhindar dari stunting.

Rumus pertama yaitu menikahlah dengan perencanaan. Segala hal akan jauh lebih baik hasilnya jika dilakukan melalui perencanaan.

“Perhatikan usia yang aman dan tepat menikah. Contohnya laki-laki 25 tahun, perempuan 21 tahun (tamat SMA). Karena secara fisik organ reproduksi sudah siap, dan lebih matang secara emosional,” tutur Netty.

Laki-laki umumnya sudah lebih matang saat usia 25 tahun. Namun lebih baik lagi jika sudah mempunyai pekerjaan, sehingga secara ekonomi bisa mandiri.

Rumus kedua, pengasuhan yang benar dan tepat. Memperhatikan delapan fungsi keluarga.

Delapan fungsi itu meliputi keagamaan, cinta kasih, sosial budaya, reproduksi, perlindungan, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi juga pembinaan lingkungan.

“Jika delapan fungsi itu dijalankan, Insya Allah menjadi keluarga sejahtera juga bahagia, dan anaknya terhindar dari stunting,” kata Netty.

Rumus ketiga yakni ketahanan keluarga. Yakni ketahanan fisik ekonomi, sosial, emosional, dan ketahanan spiritual.

Menurutnya, seperti kenakalan remaja disebabkan karena kurangnya ketahanan sosial di keluarga dalam menjaga aturan dan norma-norma.

Rumus keempat, setiap keluarga harus mampu mencegah serta menurunkan stunting.

“Perlu memiliki pengetahuan mengenai program pencegahan stunting,” ujar Netty.

Fazar Supriadi Sentosa selaku Kepala Perwakilan BKKBN Jabar menambahkan, batasan usia perlu diperhatikan yakni 25 tahun untuk laki-laki dan 21 tahun untuk perempuan.

Pada usia tersebut, penelitian menganggap bahwa pasangan calon pengantin sudah siap secara fisik, mental, emosional dan spiritual.

Turut hadir Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Edi Setiawan selaku Direktur Bina Ketahanan Remaja dan tokoh masyarakat pada kampanye terkait percepatan penurunan stunting.

Kepada ratusan warga yang hadir, Edi Setiawan mengungkapkan perlunya perencanaan untuk hal-hal penting dalam kehidupan rumah tangga seperti pernikahan, melahirkan, dan mendidik anak-anak.

Dr. Edi mengungkapkan banyak program pencegahan stunting yang dilakukan di Jawa Barat, melibatkan seluruh pemangku kepentingan memcakup pemerintah daerah dan kota.

Salah satu diantaranya penempatan tim pendamping keluarga (TPK). Tugasnya khusus mengadvokasi pangantin baru.

Menurut Dr. Edi, pendamping merupakan pemberi pendidikan terhadap rumah tangga baru terkait pentingnya pembinaan keluarga dari awal.

Dan pembinaan terkait pola asuh anak dan berbagai hal untuk mencegah anak mengalami stunting.

TPK akan intens khususnya dalam 1.000 hari pertama dalam kehidupan. Periode tersebut merupakan fase krusial bagi perkembangan anak pada usia selanjutnya.

“Tenaga pendamping disebar oleh BKKBN bagi pasangan yang baru saja menikah, karena mereka perlu dibimbing dalam menjalani kehidupan berumah tangga, termasuk kehamilan, melahirkan, serta mengasuh anak,” ujar Edi Setiawan.

Pentingnya bimbingan dalam membangun rumah tangga yang mencakup kehamilan, melahirkan dan mengasuh anak merupakan suatu upaya dalam pencegahan anak mengalami Stunting.

- Advertisement -

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News atau gabung di Jabarupdate.id WhatsApp Chanel.

Bagikan Artikel

Komentar

- Advertisement -spot_img
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terbaru

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terpopuler

- Advertisment -