Global, Jabarupdate: Di Singapura telah ada inovasi dalam dunia medis dengan pengembangan terapi sel baru yang memberikan harapan bagi pasien kanker yang sebelumnya kehabisan pilihan pengobatan.
Terapi eksperimental ini telah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan, terutama bagi pasien leukemia limfoblastik akut sel-T (T-ALL), salah satu bentuk kanker darah yang sulit diobati.
Diketahui bahwa T-ALL adalah salah satu jenis leukemia yang paling agresif dan menyumbang sekitar 10 persen dari seluruh kasus leukemia limfoblastik akut, terutama pada anak-anak.
Leukemia ini cenderung sulit diobati, terutama bagi pasien yang tidak merespons kemoterapi atau mengalami kambuh setelah pengobatan awal.
Kondisi ini memberikan prognosis yang buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 10 persen bagi mereka yang mengalami kambuh.
Namun, sekelompok dokter dan peneliti dari Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin di Universitas Nasional Singapura (NUS) dan Sistem Kesehatan Universitas Nasional (NUHS) telah mengembangkan terapi berbasis sel yang revolusioner.
Informasi tersebut dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (9/10/2024).
Dijelaskan bahwa terapi ini dikenal sebagai terapi sel CAR T, di mana sel imun tubuh dimodifikasi secara genetik untuk dapat menargetkan dan menghancurkan sel-sel kanker.
Bagaimana Terapi Sel CAR T Bekerja
Terapi sel CAR T melibatkan pemrograman ulang sel imun tubuh, khususnya sel T, agar mampu mengenali dan menyerang sel kanker.
Dalam kasus T-ALL, para peneliti menargetkan protein yang disebut CD7, yang ditemukan pada permukaan sel T kanker.
Namun, tantangan utama dari pendekatan ini adalah bahwa protein CD7 juga terdapat pada sel T normal yang berfungsi sebagai bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak diatasi, sel imun yang dimodifikasi bisa menyerang sel-sel normal, mengakibatkan komplikasi serius.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti di Singapura menambahkan pemblokir khusus dalam sel CAR T yang memungkinkannya hanya menyerang sel T kanker tanpa merusak sel T normal.
Teknologi ini dikembangkan di bawah bimbingan Profesor Dario Campana dari Departemen Pediatri di NUS, yang sebelumnya dikenal atas kontribusinya dalam pengembangan terapi sel kanker.
Hasil Klinis yang Menjanjikan dari Inovasi Medis di Singapura
Sejak April 2019, 17 pasien dengan T-ALL, yang sebagian besar sudah tidak merespons pengobatan konvensional, menjalani terapi ini di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura dan Ospedale Pediatrico Bambino Gesu di Roma.
Para pasien, yang berusia antara 2 hingga 72 tahun, telah menjalani perawatan intensif sebelum terapi sel CAR T diterapkan.
Hasilnya mengejutkan: 16 dari 17 pasien berhasil mencapai remisi total hanya dalam waktu satu bulan setelah memulai terapi.
Remisi total berarti kanker tidak lagi terdeteksi dalam tubuh pasien, bahkan dengan menggunakan tes yang sangat sensitif.
Lebih jauh lagi, terapi ini ditoleransi dengan baik oleh para pasien, dengan sebagian besar hanya mengalami efek samping ringan seperti demam dan gejala mirip flu.
Hal tersebut menandai langkah penting dalam pengobatan kanker darah yang biasanya sulit diatasi.
Pasien pertama yang menjalani terapi ini telah bebas dari kanker selama lima tahun tanpa perlu menjalani kemoterapi tambahan atau transplantasi sumsum tulang.
Meski lima dari pasien yang diobati kemudian meninggal karena kondisi medis lain, terapi ini tetap dianggap sebagai terobosan besar yang memberikan harapan baru bagi pasien yang selama ini kehabisan pilihan pengobatan.
Kisah Harapan dari Pasien Anak-Anak dan Dewasa
Salah satu kisah yang paling menyentuh berasal dari Maria Schreierer, seorang gadis berusia 10 tahun dari Austria.
Pada awal tahun 2021, Maria didiagnosis dengan T-ALL setelah merasakan kelelahan ekstrem dan nyeri tulang.
Ketika pengobatan standar tidak berhasil dan peluang hidupnya menurun hingga di bawah 5 persen, keluarganya memutuskan untuk membawa Maria ke Singapura demi mendapatkan terapi eksperimental ini.
Dalam waktu singkat, Maria mencapai remisi total dan kini telah kembali ke sekolah setelah menjalani transplantasi sumsum tulang di Austria.
Tidak hanya anak-anak, terapi ini juga berhasil pada pasien dewasa. Hannah Thomas, seorang wanita asal Australia, mengetahui bahwa dirinya menderita T-ALL setelah menjalani pemeriksaan kesuburan.
Setelah kemoterapi awal gagal dan kanker kembali kambuh, Hannah memutuskan untuk mencoba terapi sel CAR T di Singapura. Pada Desember 2022, ia menjalani terapi tersebut dan berhasil mencapai remisi penuh.
Masa Depan Terapi Sel CAR T
Keberhasilan dari terapi ini telah membuka jalan bagi lebih banyak penelitian dan uji klinis di masa mendatang.
Profesor Allen Yeoh, salah satu dokter yang terlibat dalam pengembangan dan penerapan klinis terapi ini, menyatakan bahwa meski pencapaian ini patut dirayakan, masih banyak yang harus dipelajari.
Setiap pasien yang berhasil sembuh memberikan wawasan baru bagi tim medis, dan dengan penelitian lebih lanjut, terapi sel CAR T diharapkan dapat membantu lebih banyak pasien di seluruh dunia.
Dengan perkembangan ini, Singapura sekali lagi menegaskan posisinya sebagai pusat inovasi medis, memberikan harapan baru bagi pasien kanker yang menghadapi pilihan pengobatan yang terbatas.