Nasional, Jabarupdate: Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyinggung mengenai harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite jika naik hingga Rp 17 Ribu per liter.
Ia membandingkannya dengan kenaikan harga BBM yang terjadi di sejumlah negara.
Isu ini disinggung Jokowi di tengah kebijakan Pemerintah yang masih mempertahankan harga Pertalite di harga Rp 7.650 per liter.
Padahal secara keekonomian, harga Pertalite seharusnya sudah mencapai harga Rp 17.100 per liternya.
Hal ini ia sampaikan dalam acara Silaturahmi Nasional Persatuan Perwira TNI AD (PPAD) pada Jumat (508/2022).
Awalnya, Jokowi mengingatkan bahwa saat ini semua negara tengah berada dalam keadaan yang sedang sulit. Dimana, pertumbuhan ekonomi sedang dalam tahap yang anjlok.
“Pertumbuhan ekonomi sedang turun. Namun inflasi sedang naik. Harga-harga barang semua naik. Saat ini dunia sedang dalam posisi yang mengerikan,” ucap Jokowi.
Dia juga mengungkapkan, Amerika Serikat (AS) yang biasanya mengalami inflasi 1 persen, saat ini mencapai 9,1 persen.
Dampak inflasi tersebut, Jokowi mengungkapkan, berdampak terhadap harga BBM di AS menjadi dua kali lipat. Bahkan hal serupa terjadi juga di negara-negara Eropa.
“Bayangkan kalo di negara kita Pertalite harganya naik. Yang mulanya Rp 7.650 lalu menjadi Rp 17.100, harga yang memang sebenarnya saat ini. Lalu berapa lama demo akan terjadi?,” ujar Jokowi.
“Dulu naik 10 persen saja. Tapi demonya tiga bulan berturut-turut. Kalau saat ini naiknya sampai 100 persen lebih, demonya bisa sampai berapa lama?,” sambung Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi mengatakan, pemerintah saat ini sedang mengendalikan harga BBM dengan cara memberikan subsidi.
Ia mengungkapkan, apabila harga BBM naik, maka sudah harga barang dan yang lainnya pun menjadi naik.
“Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi. Yang nilainya memang tidak kecil, Rp 502 triliun. Dimana negara lain tidak akan ada yang berani memberikan subsidi sebesar itu,” tegas Presiden ke-7 Indonesia ini.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menjelaskan apa yang sudah pemerintah lakukan dalam rangka melakukan persaingan dengan negara lain.
Menurutnya bahwa ke depan dalam bersaing bukan berarti selalu negara yang besar mengalahkan negara kecil. Atau negara yang kaya mengalahkan negara miskin.
Akan tetapi, lanjut dia, negara yang cepat pasti akan mengalahkan negara yang lambat. Dan untuk mencapainya perlu pondasi-pondasi yang saat ini sedang Pemerintah kerjakan.