NASIONAL, Jabarupdate: Masyarakat Rempang melakukan perlawanan untuk menolak pembangunan proyek, yang mengharuskan mereka direlokasi.
Perlawanan dari masyarakat Rempang membuat keadaan menjadi memanas. Bentrok antara masyarakat dengan aparat negara tidak terhindarkan.
Dilansir dari bb.com, sebelumnya beredar kabar di masyarakat Rempang, bahwa pihak berwenang akan memasuki Rempang secara paksa untuk melakukan pengukuran.
Dikabarkan Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) juga ikut serta.
Oleh karena itu, sejak pagi hari masyarakat bersama-sama menghalangi jalan dengan berkumpul di Jembatan 4 Balerang, Kamis (7/9/2023).
Hingga sampai pada saat tibanya aparat gabungan yang terdiri dari polisi, TNI, satpol PP, juga Ditpam Batam.
Aparat gabungan yang berjumlah ratusan sudah berdiri di seberang jembatan sekitar pukul 09.50 WIB.
Himbauan agar masyarakat mundur, sempat dilontarkan oleh Kombes Pol Nugroho selaku Kapolresta Balerang.
“Sebaiknya warga jangan melawan. Karena jika melawan, itu berarti melanggar hukum. Silakan mundur,” ucap Nugroho.
Tidak disangka himbauan sama sekali tidak digubris masyarakat. Lemparan batu dilakukan masyarakat ketika aparat mulai memasuki kampung.
Perlawanan dari masyarakat membuat terjadinya serangan balasan dari aparat gabungan.
Gas air mata ditembakkan, parahnya dikabarkan gas sampai ke wilayah sekolah. Tepatnya SD 24 Galang dan SMP 33 Galang.
Menurut seorang warga, Rohimah, ada 11 siswa yang dilarikan ke rumah sakit dampak gas air mata itu.
Informasi terbaru dari kepolisian, semua pihak sekolah yang mengalami dampak dari gas air mata telah pulang ke rumahnya masing-masing.
Walhi Parid Ridwanuddin selaku manajer kampanye pesisir dan Laut, mengatakan bahwa polisi telah mengamankan enam warga.
Ariastuty Sirait, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam menyebut keenam warga yang ditangkap diduga merupakan oknum provokator.
BP Batam menghimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi.
Pihaknya menyatakan telah melakukan sosialisasi sebelumnya terkait dengan pengukuran lahan tersebut.
Namun karena adanya pihak yang diduga sebagai provokator, membuat masyarakat Rempang terpengaruh dan melakukan penolakan serta perlawanan.