Sabtu, Oktober 5, 2024

Netty Prasetiyani, Mencegah Stunting dan Membangun Keluarga Berkualitas Untuk Indonesia Tangguh

Indramayu, Jabarupdate: Netty Prasetiyani mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar, subur, dan memiliki banyak sumber daya alam yang luar biasa. Namun, stunting adalah masalah besar saat ini.

Ini diumumkan oleh Netty Prasetiyani, anggota Komisi IX DPR RI, saat melakukan Sosialiasasi Pencegahan Stunting dari Hulu bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sosialisasi dilakukan di GOR Pratama, Kec. Krangken, Kab. Indramayu, pada tanggal 09 November 2023.

Dalam kesempatan itu hadir pula Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Priyanti SE, M.P.H, Perwakilan Dinas OPDKB Kab. Indramayu Muhammad Yusuf dan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Mia Wahdini dan sejumlah tokoh masyarakat dalam kampanye untuk percepatan penurunan stunting.

Menurut Netty, tingkat stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 21%. Stunting yang tinggi akan menghasilkan generasi yang lemah dan sumber daya manusia yang rendah, yang pada akhirnya akan membuat mereka tidak dapat bersaing dengan yang lain, apalagi tenaga kerja asing.

“Keluarga dapat mencegah stunting,” katanya.

Keluarga sangat penting, menurut Netty, karena semuanya bermula dari keluarga. Maka dari itu jangan pernah untuk memberikan contoh keluarga yang buruk. Karena Anak-anak akan mengikuti contoh dari keluarga.

4 Poin Rumus Membangun Keluarga Berkualitas

Netty Prasetiyani menyampaikan, ada empat syarat untuk membangun keluarga yang berkualitas.

Pertama, niat dan tujuannya harus jelas, visioner. Karena jika tidak ada tujuan yang jelas, rumah tangga akan menghadapi banyak masalah di masa depan.

Kedua, menikah harus dengan persiapan dan perencanaan. Perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun harus menikah pada saat yang tepat dan aman.

“Perempuan dengan usia 21 tahun dan tentu saja telah menyelesaikan sekolah menengah atas atau setara dianggap memiliki fisik yang matang, termasuk juga kesehatan reproduksi dan emosional. Bagi laki-laki, jika menikah sudah 25 tahun, dia sudah punya kemandirian finansial dan sudah bekerja.” Terangnya

Ketiga, membangun ketahanan keluarga, yang paling baik adalah dengan landasan agama. Dengan memiliki keluarga yang kuat, hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekersan pada anak atau KDRT oleh suami dapat dihindari.

“Keempat adalah melakukan pengasuhan secara benar. Baik secara fisik, mental maupun spiritual. Sebab jika salah asuh, saat lahir perempuan setelah besar malah berkelakuan seperti laki-laki, begitu pula sebaliknya, dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah laki-laki suka laki-laki (LSL),” kata Netty.

Sementara itu, Priyanti selalu Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI menganggap penting apa yang disampaikan Netty Prasetiyani mengenai batasan usia menikah.

“Batasan usia ini berdasarkan hasil penelitian serta pengujian, pasangan calon pengantin dianggap secara fisik, mental, dan emosional sudah siap pada usia tersebut.” tuturnya.

Menurut Priyanti banyak sekali program pencegahan stunting yang dilakukan di Jawa Barat.

“Hal ini tentunya harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik, termasuk pemerintah daerah. Salah satunya adalah penempatan tim pendamping keluarga (TPK).” Pungkasnya

TPK akan sangat intens selama 1.000 hari pertama kehidupan. Untuk perkembangan anak di usia selanjutnya, tahap ini sangat penting.

- Advertisement -

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News atau gabung di Jabarupdate.id WhatsApp Chanel.

Bagikan Artikel

Komentar

- Advertisement -spot_img
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terbaru

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terpopuler

- Advertisment -