Jawa Barat, Jabarupdate: Gedung Sate memiliki nilai sejarah pada setiap ornamen atau ragam hias.
Setiap daerah pasti memiliki icon yang menjadi kebanggaan setiap warganya. Icon tersebut bisa berupa senjata, makanan, hewan langka, tak terkecuali bangunan bersejarah.
Seperti Yogyakarta dan Solo yang memiliki Kraton. Jawa Barat pun memiliki bangunan bersejarah
yaitu Gedung Sate.
Ada yang sudah tahu kapan icon Jawa Barat itu di bangun? Kemudian, bagaimana sih konsep arsitekturnya? Siapa penggagasnya? dan makna apa yang tersembunyi dari
setiap keindahan ornamennya?.
Mari kita cari tahu.
Napak Sejarah Gedung Sate
Pembangunan Gedung Sate erat kaitannya dengan perpindahan ibu kota Bandung dari Krapyak (Bandung Selatan) menuju Kota Bandung (Bandung Tengah).
Kebijakan tersebut merupakan titah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda bernama Herman Willem Daendels.
Pemerintah kolonial melihat potensi besar yang dimiliki Eek (nama lama kota Bandung) yang dapat dikembangkan menjadi pusat pemerintahan kolonial.
Oleh karena itu, perlu ditunjang dengan pembangunan sarana dan prasarana yang sangat memadai.
Pada tanggal 27 Juli 1920 Gedung Sate dibangun di atas lahan 27.990,859 m². Dengan luas
bangunan gedung mencapai 10.877,734 m².
Apabila Anda melintas di jalan Diponegoro Nomor 22 Kota Bandung, Jawa Barat, akan melihat kemegahan bangunan ini.
Ikon kebanggaan Jawa Barat tersebut, diracang oleh tiga arsiter terkemuka berkebangsaan Belanda, yaitu Ir. J. Gerber, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendrik.
Para arsitek ini dibantu oleh 2.000 pekerja dan 150 orang pemahat profesional. Tidak heran apabila ornamen gedung ini sangatlah indah.
Kini Gedung Sate ini digunakan sebagai sebagai Kantor Pos dan Giro di bagian timur.
Sedangkan bagian baratnya digunakan untuk Gedung DPRD Jawa Barat.
Keindahan Ornamen Gedung Sate
Gedung paling bersejarah ini awalnya bernama Geuvermements Bedrijven. Namun nama Gedung Sate lebih pupuler di kalangan warga Jawa Barat.
Mengingat kesulitan dalam pengucapan aksen nama yang menggunakan bahasa Belanda tersebut.
Setiap ornamen gedung ini dibangun dengan perpaduan antara keindahan arsitektur Eropa dan Nusantara.
Rancangan seperti ini sengaja dipadukan untuk memunculkan kemegahan bangunan ini. Dengan tidak meninggalkan ciri khas Nusantara.
Saat melihat kemegahan bangunan gedung ini mengingatkan kita pada gaya arsitektur Italia pada masa renaisains.
Hal ini terlihat dari fasad Gedung Sate yang menyerupai busur yang dikerjakan secara apik.
Di tengah fasad terdapat ornamen yang disebut Paduraksa. Ornamen ini berfungsi sebagai penghubung untuk memasuki setiap kawasan gedung.
Gaya arsitektur khas Nusantara bisa
kita temukan di bangunan lama Jawa dan Bali, seperti komplek kraton, makan kramat, dan pura.
Dibanguan atas kita melihat perpaduan antara gaya arsitektur menyerupai pura di Bali. Pada puncak atap Gedung Sate terdapat tusuk sate.
Ornamen ini dilengkapi 6 buah ornamen sate yang melambangkan 6 juta golden yang dihabiskan dalam membanguan gedung ini.
Pada bangian jendela Gerber mengambil tema Moor ala Spanyol. Jendela gedung ini menyerupai busur dengan dilengkapi kaca berkusen kayu dikelilingi dengan bata plaster.
Sedangkan pada bagian atas jendela Gerber menggunakan gaya Nusantara dengan ukiran sederhana.
Penulis: Derry P. M.