Global, Jabarupdate: Kedatangan Paus Fransiskus ke Timor-Leste membawa harapan baru bagi negara dengan mayoritas penduduk Katolik terbesar di Asia Tenggara.
Kunjungan pada Senin (9/9/2024) tersebut membawa harapan baru di tengah kegelisahan masyarakat akibat berbagai isu yang mengguncang Gereja, termasuk skandal pelecehan seksual yang melibatkan sejumlah rohaniwan.
Paus asal Argentina yang kini berusia 85 tahun itu merupakan paus pertama yang mengunjungi Timor-Leste sejak negara tersebut merdeka pada tahun 2002.
Ribuan umat Katolik dari berbagai penjuru negeri telah memadati ibu kota Dili, berharap dapat bertemu langsung dengan pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Ziarah panjang dari wilayah pedalaman hingga perbatasan bersama Indonesia telah ditempuh umat demi menyambut kehadiran Paus.
Dalam kunjungan selama tiga hari itu, Paus Fransiskus memimpin misa besar yang dihadiri lebih dari 700 ribu umat di Alun-Alun Dili.
Acara ini menjadi puncak dari rangkaian perayaan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah dan masyarakat Timor-Leste.
Jalan-jalan di ibu kota telah dibersihkan, bendera-bendera Vatikan berkibar tinggi, dan pihak berwenang bahkan merelokasi sementara penghuni jalanan untuk memastikan kebersihan dan keamanan kota.
Namun, di balik euforia tersebut, Timor-Leste juga tengah menghadapi tantangan besar. Isu korupsi, kekerasan berbasis gender, dan kemiskinan ekstrem terus membayangi negara ini.
Lebih dari 42 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, dan ketergantungan ekonomi pada minyak serta gas yang diperkirakan akan habis dalam waktu dekat semakin memperparah situasi.
Salah satu masalah paling sensitif yang dihadapi Timor-Leste saat ini adalah skandal pelecehan seksual oleh rohaniwan gereja.
Kasus yang melibatkan seorang uskup terkemuka yang pernah menerima penghargaan Nobel telah mencoreng citra Gereja di negara yang sangat religius ini.
Meskipun Paus Fransiskus memimpin misa dan bertemu dengan sejumlah tokoh, pertemuan dengan para korban pelecehan seksual tak diumumkan secara resmi, meskipun kelompok advokasi telah mendesak agar Paus membahas isu ini.
Pada ChannelAsianNews, Francisco Amaral dllĺĺa Silva, seorang dosen berusia 58 tahun mengatakan, Paus Fransiskus memĺĺbawa pesan perdamaian dan keadilan bagi umatnya. Terutama bagi mereka yang menjadi korban.l
Kunjungan Paus ini juga diharapkan dapat menjadi momen refleksi bagi para pemimpin Gereja di Timor-Leste.
Bagi banyak umat, kehadiran Paus Fransiskus di tengah krisis ini memberi harapan akan adanya perubahan yang signifikan dalam cara Gereja menangani isu-isu sensitif, seperti pelecehan seksual dan perlindungan anak.
Di sisi lain, masyarakat Timor-Leste juga berharap bahwa Paus akan menyampaikan pesan yang relevan dengan kondisi sosial ekonomi mereka.
Paus dikenal sebagai pemimpin yang peduli dengan keadilan sosial dan kesenjangan ekonomi, dan kunjungannya ke salah satu negara termiskin di dunia ini diharapkan dapat membawa perhatian global terhadap situasi yang dihadapi Timor-Leste.
Sementara itu, pemerintah Timor-Leste telah mengalokasikan anggaran sebesar US$12 juta untuk menyambut kunjungan Paus Fransiskus, termasuk pembangunan altar besar di ibu kota Dili yang diperkirakan menelan biaya US$1 juta.
Meskipun angka ini menuai kritik dari beberapa kalangan yang menilai dana tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan mendesak lainnya, sebagian besar masyarakat tetap menyambut baik persiapan ini sebagai bentuk penghormatan bagi tamu agung tersebut.
Bagi umat Katolik di Timor-Leste, kedatangan Paus Fransiskus tidak hanya menjadi peristiwa religius, tetapi juga momen penting untuk memperkuat persatuan di tengah tantangan yang dihadapi negara.
Dengan doa dan harapan, mereka menantikan pesan perdamaian, keadilan, dan harapan dari Paus Fransiskus, yang diharapkan dapat membawa perubahan nyata bagi masa depan Timor-Leste.