Cimahi, Jabarupdate: Ratusan perempuan di Kota Cimahi menjadi kepala keluarga. Salah satu alasannya, karena mereka bercerai dengan suami.
Bahkan jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga di daerah pecahan Kabupaten Bandung ini semakin bertambah.
Pada tahun 2020 ada 233 perempuan yang menjadi kepala keluarga. Ini data dari Dinas Sosial. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau DinsosP2KBP3A Kota Cimahi.
Kemudian pada tahun 2021 bertambah menjadi 269 orang. Hal tersebut diterangkan Kepala DinsosP2KBP3A Kota Cimahi, Guntur Priambada, dikutip Kompas pada Sabtu (8/1/2022).
Dia menerangkan, ada beberapa penyebab ratusan perempuan di Kota Cimahi menjadi kepala rumah tangga. Salah satunya adalah, karena mereka bercerai dengan suami, sehingga menjadi janda.
Lalu, ada juga karena janda ditinggal suaminya meninggal, kemudian ada pula yang suaminya mengalami cacat, bahkan ada perempuan yang memiliki suami tidak bekerja sama sekali.
Ada pula yang suaminya tidak pernah pulang sehingga perempuan tersebut enggan untuk menikah.
Guntur menegaskan, di Cimahi banyak janda yang menjadi kepala keluarga, mereka harus menghidupi keluarganya dan harus tetap survive.
Menurutnya, perempuan yang terdata sebagai kepala rumah tangga itu merupakan warga Kota Cimahi yang termasuk ke dalam golongan ekonomi tidak mampu.
Sehingga, untuk mengakomodir para peremluan tersebut, pihak DinsosP2KBP3A Kota Cimahi rutin memberikan pelatihan agar mereka produktif.
Menurut dia, Pemerintah Kota Cimahi menyasar Pekka atau perempuan kepala keluarga ke yang ekonomi lemah.
Pihak pemda di sana mengajarkan ratusan perempuan yang menjadi kepla keluarga itu untuk survive.
Mereka diberdayakan ekonominya, dengan diberikan keterampilan seperti menjahit, memasak dan banyak lagi pelatihan yang sering digelar.
Pada April 2021 lalu, DinsosP2KBP3A Kota Cimahi mencatat, 1.854 perempuan masuk kategori rawan sosial ekonomi.
Kategori ini adalah orang dewasa yang sudah menikah, belum menikah, atau janda yang tidak memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dari jumlah itu ada single parent, mereka menjadi tulang punggung keluarga, dan sebagainya.
Guna menekan jumlah itu dilaksanakan lah pelatihan dan pemberdayaan ekonomi.