Senin, September 16, 2024

Rupiah Tembus Rp 15 Ribu Per Dolar AS, Risiko Utang Luar Negeri Makin Tinggi

Nasional, Jabarupdate: Nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) tembus pada kisaran Rp 15 ribu. Ini terjadi sejak Rabu (6/7/2022).

Direktur Canter of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyoroti bagaimana meningkatnya risiko utang luar negeri di tengah melemahnya nilai tukar rupiah tersebut.

Dia mengungkapkan, dalam beberapa hari ini memang mata uang rupiah tengah loyo hingga menembus Rp 15 ribu per Dolar AS.

“Di beberapa waktu belakangan utang luar negeri (ULN) di sektor swasta meningkat. Sebab pendapatan yang sebagian besar diperoleh dalam bentuk rupiah. Sementara itu bunga dan cicilan pokok yang berbentuk valas,” ujar Bhima.

Ia melanjutkan, tidak semua perusahaan swasta yang memiliki utang luar negeri akan melakukan hedging atau strategi untuk menekan risiko terhadap pelemahan rupiah.

Namun Bhima meyakini situasi currency missmatch yang akan mendorong swasta melakukan berbagai cara yang salah satunya yaitu efisiensi operasional.

Currency mismatch sendiri muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk melakukan pinjaman di pasar kredit internasional dalam bentuk mata uang domestik.

Selain dampak terhadap utang luar negeri, ia juga mengkhawatirkan gejolak rupiah akan memicu imported inflation (kenaikan biaya impor) yang terutama di sektor pangan.

Meskipun sampai saat ini belum dirasakan. Tetapi, Imported inflation mungkin saja akan terjadi. Sebab produsen masih menahan harga di tingkat konsumen.

“Ketika beban biaya impor sudah naik dengan signifikan akibat selisih kurs, imbasnya kepada konsumen juga,” ujar Bhima.

Mata uang rupiah, seperti yang terlihat di aplikasi RTI, rupanya malah melemah. Bahkan angkaya, pada Rabu pukul 11.31 WIB, menembus Rp 15.962 per Dolar AS.

Di hari sebelumnya, level itu menunjukan adanya penguatan dolar AS sebesar 40 poin atau sebesar 0,27 persen dari awal perdagangan. Kemudian, akhirnya Rupiah pun menyentuh angka Rp 15.922 hingga Rp 15.966 per Dolar AS.

Jika diamati dari pergerakannya sejak bulan lalu, dolar ASsedang berada di level pada peningkatan paling tinggi terhadap Rupiah.

Pada awal Juni, Rupiah berada di posisi 14.454 terhdap mata uang AS ini. Lalu memasuki pertengahan Juni, Rupiah mampu bertengger di posisi Rp 14.600-14.800.

Hingga akhir Juni, Dolar tmalah terus menguat, bahkan dapat bertahan hingga hari ini.

Bhima juga berpendapat pelemahan rupiah terhadap dolar terjadi karena masih dibayangi sentimen negatif di pasar saham. Bhima mencatat, dana asing jual bersih Rp 572 Miliar di seluruh pasar pada penutupan perdagangan kemarin.

Ia mengungkapkan, ketika Rupiah tembus Rp 15 Ribu, Investor juga mencermati adanya risiko kenaikan The Fed Rate terhadap Indonesia.

“Sehingga mereka menilai, melakukan penjualan aset memiliki risiko yang cukup tinggi,” sambung Bhima.

Data Inflasi Juni yang tercatat cukup tinggi sejak tahun 2017, kata dia, juga menjadi kehawatiran risiko stagflasi. Apalagi Bank Indonesia (BI) saat ini masih menahan suku bunga yang tentu risk-nya naik di market.

Selai itu, ia juga mengutarakan, mengenai cadangan devisa akan semakin tertekan di saat arus modal keluar tinggi. Sekaligus kinerja ekspor komuditas mulai terkoreksi, salah satu alasan pelemahan rupiah hingga tembus Rp 15 ribu juga karena BI masih menahan suku bunga.

Suku bunga memiliki acuan membuat spread imbal hasil US Treasury dengan surat utang SBN yang semakin menyempit.

- Advertisement -

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News atau gabung di Jabarupdate.id WhatsApp Chanel.

Bagikan Artikel

Komentar

- Advertisement -spot_img
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terbaru

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terpopuler

- Advertisment -