Internasional, Jabarupdate: Telah terjadi dua kali serangan secara langsung di Burkina Faso, tepatnya di Desa Kourakou dan Tondobi di wilayah Sahel dekat perbatasan Niger.
Akibat dari dua serangan mematikan di Burkina Faso Utara itu pada Kamis, sebanyak 44 orang tewas.
Belum ada kelompok yang mengaku melakukan serangan tersebut. Namun kekerasan jihadis sering terjadi di daerah tersebut. Dan para pejabat menyalahkan “kelompok-kelompok teroris bersenjata”.
Terdapat beberapa kelompok militan yang diketahui beroperasi di wilayah tersebut.
Rodolphe Sorgho, Letnan Gubernur wilayah Sahel, mengatakan bahwa para penyerang di balik penyerangan itu telah “dilumpuhkan”.
Beberapa penduduk desa lainnya dilaporkan terluka dalam serangan tersebut. Tetapi tidak jelas berapa jumlahnya. Sorgho mengatakan telah melakukan beberapa tindakan untuk menstabilkan daerah tersebut.
Seorang warga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa “sejumlah besar teroris menyerbu masuk ke desa” dan ia mendengar suara tembakan sepanjang malam.
Pada Jumat pagi terdapat sekitar belasan orang yang tewas.
AFP juga melaporkan, pembunuhan tersebut kemungkinan merupakan aksi balas dendam atas hukuman mati terhadap dua orang jihadis yang mencoba mencuri ternak beberapa hari sebelumnya.
Pembunuhan pada Kamis malam itu terjadi di dekat Desa Seytenga, di mana puluhan orang terbunuh pada bulan Juni lalu.
Burkina Faso dan negara-negara tetangganya telah menghadapi pemberontakan jihadis yang berkepanjangan sejak tahun 2013.
Ribuan orang telah terbunuh selama krisis tersebut dan lebih dari dua juta orang mengungsi. Kekerasan tersebut telah menyebabkan gejolak politik yang sangat signifikan di negara ini.
Militer – yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Paul-Henri Damiba – mengambil alih kekuasaan di negara ini pada Januari tahun lalu, menjanjikan untuk mengakhiri kekerasan.
Namun, ia gagal menghentikan serangan-serangan tersebut, dan ia digulingkan dalam kudeta kedua oleh Kapten Ibrahim Traoré pada bulan September berikutnya.
Kapten Traoré telah berjanji untuk merebut kembali wilayah dari para jihadis, dan mengadakan pemilihan umum yang demokratis pada Juli 2024.
Kepala militer barunya, Kolonel Celestin Simpore, bersumpah awal pekan ini untuk meningkatkan “serangan dinamis” untuk melawan para jihadis.
Namun, Kapten Traoré juga telah meminta agar pasukan Prancis meninggalkan negara itu dan ada spekulasi yang beredar luas bahwa ia mungkin mulai bekerja sama dengan tentara bayaran Rusia.