Global, Jabarupdate: Gencatan senjata Israel-Hamas akhirnya tercapai setelah lebih dari 460 hari konflik berdarah yang melanda Gaza, Minggu (19/1/2025). Kesepakatan ini difasilitasi oleh mediasi Qatar dan Amerika Serikat.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah: apakah ini benar-benar akhir dari konflik panjang atau hanya menjadi awal negosiasi baru yang lebih kompleks?
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata
Berdasarkan pernyataan resmi, gencatan senjata ini mencakup:
1. Penghentian Sementara Serangan
Militer Israel akan mundur hingga sejauh 700 meter dari dalam Gaza. Penarikan pasukan ini menjadi langkah awal menuju stabilitas sementara di wilayah tersebut.
2. Pembebasan Tawanan
Israel akan membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk 250 orang yang menjalani hukuman seumur hidup. Sebagai balasannya, kelompok Palestina akan membebaskan 33 tahanan Israel.
3. Peningkatan Akses Kemanusiaan
Israel sepakat membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah tahap pertama dimulai. Selain itu, warga Gaza yang terluka akan diizinkan keluar untuk mendapatkan perawatan medis.
4. Rencana Penarikan Total
Pada tahap selanjutnya, Israel disebut-sebut akan menarik diri sepenuhnya dari Gaza, termasuk dari wilayah Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir.
Dampak bagi Gaza
Konflik ini telah membawa kehancuran besar bagi Gaza. Menurut data terbaru PBB, hampir seluruh rumah di Gaza rusak atau hancur. Sebanyak 80 persen fasilitas komersial dan 88 persen bangunan sekolah juga terdampak. Fasilitas kesehatan pun lumpuh, dengan 50 persen rumah sakit hanya berfungsi sebagian.
Lebih dari 46.000 warga Palestina tewas sejak konflik dimulai pada Oktober 2023. Dengan kesepakatan ini, harapan muncul bagi warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka, meskipun sebagian besar telah hancur.
Tantangan Tahap Selanjutnya
Meski tahap pertama telah disepakati, rincian untuk tahap kedua dan ketiga masih dalam negosiasi.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menegaskan bahwa gencatan senjata ini akan berlanjut meskipun pembahasan lanjutan memakan waktu lebih dari enam minggu.
Namun, Israel belum memberikan jaminan tertulis untuk menghentikan serangan jika tahap pertama selesai.
Dalam tahap kedua, Hamas berencana membebaskan seluruh tawanan yang tersisa, sementara Israel akan membebaskan tahanan Palestina lainnya.
Tahap ketiga diperkirakan mencakup rekonstruksi Gaza dengan pengawasan internasional.
Namun, belum ada kesepakatan mengenai siapa yang akan mengelola Gaza pasca gencatan senjata.
Gencatan Senjata Israel-Hamas, Akhir atau Awal Baru?
Gencatan senjata ini memberikan secercah harapan bagi warga Gaza yang telah lama menderita akibat perang.
Namun, banyak pihak melihatnya sebagai langkah awal dari negosiasi yang lebih sulit.
Perbedaan pandangan di dalam kabinet Israel, khususnya dari kelompok sayap kanan, menjadi salah satu tantangan besar dalam implementasi kesepakatan ini.
Manuver Israel
Dikutip dari Vivanews bahwa Israel melakukan manuver dengan menyerang Jalur Gaza dan menunda pelaksanaan gencatan senjata dengan alasan Hamas belum menyerahkan tiga nama sandera yang akan dibebaskan.
Gencatan senjata yang awalnya direncanakan mulai berlaku pada pukul 08.30 pagi, Minggu, 19 Januari 2025, akhirnya tertunda.
Menurut laporan AP, Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menyatakan bahwa gencatan senjata tidak akan dimulai sebelum Hamas memberikan daftar tiga sandera tersebut.
Pernyataan ini senada dengan arahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya.
Hamas menyebut keterlambatan penyerahan daftar sandera disebabkan oleh masalah teknis di lapangan.
Meski demikian, Hamas tetap menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah diumumkan pada pekan sebelumnya.
Netanyahu secara tegas menginstruksikan militer Israel untuk menunda gencatan senjata sampai daftar sandera diterima, sesuai dengan poin-poin yang telah disepakati dalam perjanjian dengan Hamas.
Apakah gencatan senjata Israel-Hamas ini akan menjadi titik balik menuju perdamaian atau hanya jeda sementara dalam konflik yang lebih panjang? Waktu yang akan menjawab.




