Global, Jabarupdate: Perang antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari resmi berakhir setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata yang dinilai rapuh.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan berakhirnya “Perang 12 Hari” yang dipicu oleh serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
Dalam pidatonya yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA pada Rabu (25/6/2025), Pezeshkian memuji keteguhan rakyat Iran yang berhasil menghadapi “provokasi Israel”.
“Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kami, kami menyaksikan gencatan senjata dan berakhirnya Perang 12 Hari yang dipaksakan oleh petualangan Israel,” ujar Pezeshkian, seperti dilansir AFP.
Peran Diplomasi Qatar dan Dukungan China
Gencatan senjata ini tidak lepas dari upaya diplomasi Qatar. Utusan Iran untuk PBB, Saeid Iravani, mengungkapkan rasa terima kasih kepada Qatar atas peran tulusnya dalam meredakan ketegangan regional.
“Kami berterima kasih kepada Qatar yang telah membantu mengakhiri agresi Israel dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” kata Iravani dalam sidang Dewan Keamanan PBB, sebagaimana dilansir CNN pada Rabu (25/6/2025).
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, berhasil memediasi kesepakatan yang memungkinkan Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata melalui media sosial.
Sementara itu, Iran juga menyampaikan apresiasi khusus kepada China. Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) pada Kamis (26/6/2025), memuji China atas dukungannya terhadap kedaulatan Iran selama konflik.
“Kami berharap China terus memainkan peran besar dalam menegakkan keadilan dan menjaga gencatan senjata,” ujar Nasirzadeh, dikutip dari Xinhua.
China, yang mengutuk serangan Israel pada 13 Juni 2025 yang menewaskan sejumlah pemimpin militer Iran, menegaskan dukungannya terhadap gencatan senjata sambil mengkritik campur tangan AS dalam konflik tersebut.
Israel Klaim Kemenangan, Iran Tegaskan Hak Nuklir
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim keberhasilan penuh dalam Operasi Rising Lion. Menurutnya, Israel telah menghancurkan “ancaman eksistensial” dari program nuklir dan rudal balistik Iran.
“Kami akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata,” tegas Netanyahu.
Namun, Iran menegaskan bahwa pasukannya berhasil memaksa Israel mundur. Garda Revolusi Iran bahkan menyebut serangan rudal terakhir ke Israel sebagai “pelajaran bersejarah” bagi “musuh Zionis”.
Meski setuju pada gencatan senjata, Presiden Pezeshkian menegaskan Iran akan terus memperjuangkan haknya atas penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai dan siap kembali bernegosiasi dengan AS.
Menuju Negosiasi Nuklir Baru
Pertemuan SCO yang dihadiri Iran bertepatan dengan sidang para pemimpin NATO di Den Haag, di mana Presiden Trump mengumumkan rencana AS untuk bertemu Iran minggu depan guna membahas kemungkinan perjanjian nuklir baru.
Langkah ini dianggap sebagai upaya meredakan ketegangan pasca-konflik yang juga melibatkan serangan Iran ke pangkalan udara AS di Qatar.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, juga menyampaikan terima kasih kepada Trump atas perannya dalam gencatan senjata, sambil menegaskan bahwa Israel telah memberikan “pukulan telak” kepada Iran.
Namun, kedua belah pihak tetap waspada terhadap potensi pelanggaran gencatan senjata yang rapuh ini.
Ketegangan Regional dan Harapan Perdamaian
Konflik 12 hari yang dimulai dengan serangan Israel pada 13 Juni 2025 ini telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, menyeret AS dan memunculkan peran penting China serta Qatar dalam mediasi.
Dengan gencatan senjata yang kini berlaku, dunia berharap ketegangan dapat mereda, meski stabilitas regional masih di ujung tanduk.