Global, Jabarupdate: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berambisi untuk menciptakan perdamaian di Ukraina.
Dalam pernyataan terbaru di Truth Social, Trump berjanji akan segera menghentikan konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu, sembari mengancam negara-negara pendukung Rusia dengan sanksi ekonomi berat.
Ia menyebut bahwa strategi ini bertujuan untuk memaksa Moskow dan sekutunya menghentikan upaya perang.
Sejak terpilih menjadi Presiden Amerika ia mengaku akan memberlakukan tingkat pajak, tarif, dan sanksi yang sangat tinggi bagi Rusia dan semua negara yang berkontribusi pada konflik ini.
Langkah ini, menurutnya, bertujuan untuk mempercepat negosiasi damai antara Ukraina dan Rusia.
Selama kampanye kepresidenannya, Trump berulang kali menyatakan keyakinannya bahwa ia dapat menyelesaikan perang Ukraina-Rusia dalam satu hari kerja.
Namun, para analis menilai pernyataan tersebut sebagai retorika politik yang sulit diwujudkan mengingat kompleksitas situasi di lapangan.
Ancaman Sanksi Meluas ke Negara Pendukung
Trump mengindikasikan akan memperluas cakupan sanksi, tidak hanya kepada Rusia tetapi juga negara-negara yang secara langsung atau tidak langsung mendukung Moskow. Di antaranya adalah negara-negara yang memasok senjata atau material penting lainnya.
Sebelumnya, Joe Biden (saat masih menjadi Presiden Amerika Serikat) telah menjatuhkan sanksi pada entitas di Iran, Korea Utara, dan China yang terbukti mendukung operasi militer Rusia.
Menurut data terbaru, impor Amerika Serikat dari Rusia telah menurun drastis sejak dimulainya perang.
Pada tahun 2021, angka impor mencapai $29,6 miliar, namun kini turun menjadi hanya $2,9 miliar pada 2024.
Bahkan, impor minyak Rusia yang sebelumnya menjadi bagian besar dari perdagangan kedua negara kini sudah mencapai angka nol.
Respon Rusia
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengomentari ancaman Trump tersebut.
Ia menilai bahwa langkah Trump tidak hanya soal menghentikan perang tetapi juga menuntut konsesi yang dianggap tidak adil bagi Moskow.
“Rusia tetap berkomitmen untuk mempertahankan kepentingan strategisnya,” ungkap Polyanskiy.
Harapan dan Tantangan
Meskipun Trump optimistis dengan gagasannya, untuk perdamaian Ukraina, tantangan di lapangan tetap besar. Ukraina, yang telah bertahan di tengah konflik berkepanjangan, menghadapi tekanan besar untuk membuat konsesi jika negosiasi terjadi.
Di sisi lain, Rusia juga belum menunjukkan tanda-tanda melemah dalam posisinya.
Langkah Trump ini mempertegas fokus kebijakan luar negerinya menjelang pemilihan presiden mendatang.
Apakah pendekatan sanksi dan diplomasi keras ini akan berhasil membawa perdamaian, masih menjadi pertanyaan besar bagi dunia internasional.