Ragam, Jabarupdate: Ternyata, frasa Kumpul Kebo memiliki sejarah yang berkaitan dengan bahasa Belanda sejak zaman penjajahan di Indonesia.
Istilah kumpul kebo di Indonesia merujuk pada situasi di mana sepasang laki-laki dan perempuan hidup bersama layaknya suami-istri, tetapi tanpa ikatan pernikahan yang sah.
Frasa ini sering kali digunakan dalam konteks negatif karena bertentangan dengan norma sosial, budaya, dan agama yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Secara harfiah, “kumpul kebo” bisa diterjemahkan sebagai “hidup bersama seperti kerbau”.
Dalam hal ini, kata “kebo” (kerbau) digunakan untuk menggambarkan perilaku yang dianggap tidak beradab atau tidak sesuai dengan etika manusia.
Kerbau, yang sering kali dianggap sebagai hewan ternak, dipandang hidup bebas tanpa aturan formal dalam relasi antara jantan dan betinanya.
Oleh karena itu, perbandingan ini menyiratkan bahwa hidup bersama tanpa pernikahan dianggap tidak sesuai dengan norma yang diatur dalam masyarakat manusia.
Penggunaan istilah ini muncul dalam masyarakat tradisional sebagai bentuk kecaman terhadap perilaku yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai moral dan agama, terutama terkait dengan pentingnya pernikahan dalam kehidupan sosial.
Di Indonesia, pernikahan memiliki kedudukan yang sangat penting, baik dalam hukum negara maupun dalam ajaran agama, sehingga hubungan di luar pernikahan sering dianggap tabu atau tidak sah.
Seiring berjalannya waktu, meskipun istilah ini masih digunakan secara luas, pandangan terhadap fenomena hidup bersama tanpa pernikahan telah mulai berubah di kalangan sebagian masyarakat urban yang lebih terbuka terhadap gaya hidup modern atau pandangan barat tentang kebebasan individu.
Namun demikian, “kumpul kebo” tetap dipandang sebagai istilah yang memiliki konotasi negatif di banyak kalangan masyarakat Indonesia.
Sejarah: Asal Usul Istilah Kumpul Kebo di Indonesia
Meski istilah kumpul kebo sudah lama dikenal di masyarakat Indonesia, yakni untuk menggambarkan praktik hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan pernikahan.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa frasa ini sebenarnya memiliki akar dari bahasa Belanda. Seiring berjalannya waktu, istilah ini mengalami perubahan makna dan bentuk hingga menjadi bagian dari bahasa Indonesia.
Dikutip dari Wikipedia, pada Minggu (15/9/2024), asal usul istilah kumpul kebo ini berasal dari bahasa Belanda, yaitu koempoel gebouw.
Dalam bahasa Belanda, koempoel berarti berkumpul, dan gebouw berarti bangunan atau rumah.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang hidup di bawah satu atap tanpa ikatan resmi, meski pada awalnya mungkin tidak memiliki konotasi khusus terkait dengan hubungan pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, kata gebouw dalam frasa tersebut mengalami transformasi fonetis menjadi kebo dalam bahasa Indonesia.
Kebo sendiri dalam bahasa Jawa berarti kerbau, hewan yang kerap digunakan untuk melambangkan perilaku yang tidak beraturan atau bebas, seolah tidak terikat oleh norma-norma manusia.
Transformasi ini kemudian membawa perubahan makna yang lebih dalam. Jika pada awalnya istilah koempoel gebouw hanya berarti berkumpul di bawah satu atap, istilah kumpul kebo dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian moral dan sosial yang lebih kuat, merujuk pada kehidupan bersama tanpa ikatan pernikahan, yang dianggap menyimpang dari norma-norma budaya, agama, dan hukum.