BANDUNG, Jabarupdate: Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE, Harris, mengungkapkan bahwa Jawa Barat berpotensi jadi lumbung energi terbarukan di masa depan.
Diketahui, potensi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia sangat besar meskipun saat ini kebutuhan energi nasional masih didominasi oleh bahan bakar fosil.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE, Harris, mengungkapkan bahwa hingga kini, energi fosil seperti minyak, gas, dan batu bara mencakup 87% kebutuhan energi nasional, sementara EBT baru menyumbang 13%.
“Penggunaan minyak menyumbang sekitar 30 persen dari total energi nasional, terutama untuk sektor transportasi. Padahal, produksi minyak dalam negeri hanya mencapai 600 ribu barel per hari, jauh dari kebutuhan nasional sebesar 1,5 juta barel,” ungkap Harris, Minggu (08/12/2024).
Selain itu, impor LPG juga masih menjadi solusi utama untuk memenuhi kebutuhan domestik. Harris menambahkan, produksi batu bara nasional mencapai 700 juta ton per tahun, dengan 100 juta ton digunakan di dalam negeri.
Namun, penggunaannya menimbulkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Oleh karena itu, relevansi pengembangan EBT semakin penting untuk menggantikan peran batu bara di masa depan.
Potensi EBT Indonesia meliputi energi surya dengan kapasitas 3.294 GW, namun baru dimanfaatkan 675 MW. Energi angin memiliki potensi 155 GW dengan pemanfaatan 152 MW, sedangkan energi hidro berpotensi 95 GW dan dimanfaatkan 6.697 MW.
Energi laut dengan potensi 63 GW dan geoenergi sebesar 57 GW baru sebagian kecil yang dimanfaatkan. Secara keseluruhan, total potensi EBT mencapai 3.687 GW, tetapi pemanfaatannya baru mencapai 13.781 MW.
Di Jawa Barat, Kementerian ESDM telah menetapkan 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), di antaranya Kamojang Darajat, Pangalengan, dan Cisolok Cisukarame.
“Dengan potensi yang besar, EBT di Jawa Barat diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus mewujudkan target keberlanjutan energi di Indonesia pada masa mendatang,” pungkasnya.