Senin, Oktober 7, 2024

Serangan Israel di Beirut: 33 Tewas, Termasuk Pemimpin Hezbollah

Global, Jabarupdate: Israel melancarkan serangkaian serangan udara yang dilakukan oleh militer Israel pada hari Sabtu, di Beirut.

Ibu Kota Libanon itu diguncang oleh ledakan mematikan yang mengakibatkan tewasnya 33 orang, termasuk pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah.

Dikutip dari Reuters, bahwa serangan ini dilaksanakan sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan, di mana konflik antara Israel dan kelompok militan semakin intensif.

Menurut pernyataan resmi militer Israel, Nasrallah dibunuh dalam serangan terarah yang ditujukan pada markas komando Hezbollah di pinggiran selatan Beirut.

Militer Israel menegaskan bahwa serangan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk melemahkan kemampuan militer Hezbollah, yang dianggap sebagai ancaman signifikan bagi keamanan Israel.

Serangan Israel di Beirut ini juga menewaskan beberapa pejabat senior Hezbollah lainnya, memperdalam krisis yang dihadapi kelompok tersebut.

Kematian Nasrallah bukan hanya sebuah kehilangan bagi Hezbollah, tetapi juga bagi Iran, yang menjadikannya sebagai sekutu strategis dalam pertempuran melawan Israel.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut pembunuhan Nasrallah sebagai langkah krusial untuk “mengubah keseimbangan kekuatan di wilayah ini untuk tahun-tah.n mendatang.”

Ia menyatakan bahwa Nasrallah adalah figur kunci dalam jaringan terorisme yang beroperasi di kawasan tersebut.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memberikan pernyataan yang menyatakan dukungannya terhadap tindakan Israel.

Ia menyebut kematian Nasrallah sebagai bentuk keadilan bagi korban-korban sebelumnya, termasuk ribuan orang yang terpengaruh oleh aksi kekerasan yang melibatkan Hezbollah.

Namun, Biden juga menekankan perlunya gencatan senjata untuk mencegah lebih banyak korban jiwa di masa mendatang.

Serangan Israel di Beirut juga berdampak luas, dengan Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan lebih dari 195 orang terluka akibat serangan tersebut. Dalam dua minggu terakhir, lebih dari 1.000 orang telah tewas dan lebih dari 6.000 terluka di Lebanon akibat serangan yang dilakukan oleh Israel.

Situasi ini telah menyebabkan sekitar satu juta warga Lebanon terpaksa mengungsi dari rumah mereka, termasuk ratusan ribu orang yang melarikan diri sejak kemarin.

Iran tidak tinggal diam menyikapi serangan ini. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah dipindahkan ke lokasi yang aman setelah kabar tewasnya Nasrallah beredar.

Iran segera meminta diadakannya pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas serangan Israel yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.

Duta besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menegaskan bahwa Iran akan membela kepentingan nasionalnya dengan cara apapun yang diperlukan.

Hezbollah, dalam responsnya terhadap serangan tersebut, menyatakan komitmennya untuk terus berjuang melawan Israel “untuk mendukung Gaza dan Palestina.”

Mereka juga menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak akan berhenti meskipun Nasrallah telah tiada, menunjukkan determinasi yang tinggi untuk melanjutkan konflik tersebut.

Di Israel, serangan balasan juga terjadi. Sirene peringatan berbunyi di seluruh pusat negara, termasuk Tel Aviv, setelah misil yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel.

Insiden tersebut menunjukkan bahwa ketegangan di kawasan ini semakin meningkat, dengan potensi untuk meluas menjadi konflik yang lebih besar.

Krisis yang sedang berlangsung di Lebanon ini mencerminkan situasi yang lebih luas di Timur Tengah, di mana konflik antara Israel dan kelompok-kelompok bersenjata seperti Hezbollah dan Hamas kerap menjadi sumber ketegangan.

Dalam konteks ini, kematian Nasrallah menandai titik balik yang signifikan, baik bagi Hezbollah maupun bagi strategi Israel di kawasan.

Dalam akhir pekan yang penuh gejolak ini, Perdana Menteri caretaker Lebanon, Najib Mikati, mengungkapkan kekhawatirannya akan ancaman yang terus membayangi negaranya.

Meski ia tidak secara langsung menyebutkan kematian Nasrallah, langkah pemerintahnya untuk mengumumkan masa berkabung selama tiga hari menunjukkan dampak mendalam dari peristiwa ini terhadap Lebanon.

Dengan situasi yang semakin memburuk dan prospek gencatan senjata yang masih jauh, dunia menyaksikan dengan cemas bagaimana perkembangan ini akan mempengaruhi stabilitas di Timur Tengah.

Serangan Israel yang menewaskan Nasrallah tidak hanya mengubah peta kekuatan di kawasan, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam bagi rakyat Lebanon yang kini menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah.

- Advertisement -

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News atau gabung di Jabarupdate.id WhatsApp Chanel.

Bagikan Artikel

Komentar

- Advertisement -spot_img
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terbaru

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Terpopuler

- Advertisment -