Jawa Barat, Jabarupdate: Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, yang menjadi saksi sejarah penting Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955, akan segera direnovasi.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menegaskan bahwa kondisi gedung cagar budaya ini sudah memprihatinkan dan perlu perhatian serius.
Ia melihat langsung kondisi gedung pada Selasa (14/1/2025). Dirinya terkesan kalau keadaan gedung cukup memprihatinkan sehingga harus segera dilakukan perbaikan.
“Gedung ini adalah simbol penting bagi diplomasi Indonesia yang harus terus dilestarikan,” ujar Sugiono usai melakukan peninjauan.
Peninjauan tersebut turut didampingi Wakil Menteri Pekerjaan Umum. Rencana renovasi ini dirancang untuk memperbaiki struktur fisik gedung sekaligus menjaga nilai sejarahnya.
Target Rampung Sebelum Peringatan 70 Tahun KAA
Sugiono mengungkapkan bahwa renovasi Gedung Merdeka ditargetkan selesai sebelum peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika pada April 2025.
Acara tersebut diharapkan menjadi momen penting untuk mengangkat kembali semangat kerja sama antarnegara Asia dan Afrika.
“Semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 masih terasa hingga saat ini,” kata dia.
Menurutnya, gedung ini bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga simbol solidaritas dan perjuangan negara-negara berkembang di tengah dinamika global.
Renovasi ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki kerusakan, tetapi juga memastikan gedung itu tetap menjadi ikon budaya dan diplomasi yang menginspirasi generasi mendatang.
Pentingnya Gedung Merdeka Sebagai Cagar Budaya
Gedung Merdeka, yang dulunya bernama Societeit Concordia, merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Bandung.
Bangunan ini menjadi lokasi utama penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika, yang dihadiri oleh pemimpin-pemimpin dari berbagai negara Asia dan Afrika untuk melawan kolonialisme.
Saat ini, Gedung Merdeka juga berfungsi sebagai Museum Konferensi Asia-Afrika. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing menghadap ke Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, dan Jalan Cikapundung.
Konferensi Asia-Afrika sendiri lahir dari kekhawatiran negara-negara Asia dan Afrika terhadap Perang Dingin yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Indonesia mengambil inisiatif menyelenggarakan konferensi ini sebagai bentuk sikap politik bebas aktif dan kerja sama antarnegara.
Presiden Sukarno membuka konferensi dengan pidato bersejarahnya yang berjudul “Let a New Asia and Africa Be Born” pada 18 April 1955.
Semangat tersebut terus dikenang hingga saat ini, menjadikan Gedung Merdeka sebagai simbol perjuangan negara-negara berkembang dalam membangun tatanan dunia baru.
Renovasi untuk Pelestarian Warisan Dunia
Renovasi Gedung Merdeka menjadi langkah penting dalam menjaga warisan diplomasi Indonesia.
Sugiono menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk melestarikan nilai sejarah yang terkandung di gedung tersebut.
Dia menilai, gedung ini adalah bagian penting dari identitas sebagai bangsa. Melestarikan Gedung Merdeka berarti menjaga semangat perjuangan dan kerja sama yang dulu disuarakan melalui Konferensi Asia-Afrika.
Sebagai bagian dari renovasi, pemerintah juga akan memastikan bahwa Gedung Merdeka tetap relevan sebagai tempat edukasi dan inspirasi, baik bagi masyarakat Indonesia maupun dunia internasional.
Proyek renovasi yang direncanakan diharapkan tidak hanya memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga menjaga nilai sejarahnya sebagai simbol diplomasi dan solidaritas global.
Dengan renovasi ini, Gedung Merdeka siap menyambut peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika, membawa semangat baru dalam melestarikan warisan diplomasi Indonesia di kancah dunia.