Kuningan, Jabarupdate: Ubi Jalar, merupakan komoditas yang lebih besar daripada tanaman lain seperti jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah kecuali padi. Meski potensinya besar, namun manfaatnya dianggap masih belum maksimal.
Hal inilah yang membuat Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMATEPA) Fakultas Teknik UNISA Kuningan, dalam pengabdiannya menggelar seminar pengolahan pangan fungsional bertajuk “Pengolahan Pasca Panen Ubi Jalar sebagai Pangan Fungsional” yang digelar pada Minggu (26/5/2024) kemarin.
Dalam pengabdian yang digelar mahasiswa Unisa bekerjasama dengan Pemerintah Desa Nanggerang Kecamatan Jalaksana itu, diikuti berbagai unsur masyarakat setempat seperti kelompok tani, ibu-ibu PKK, karang taruna dan masyarakat umum lainnya dengan menghadirkan Wakil Dekan Fakultas Teknik Kartika S Pd M Si, yang membuka kegiatan sekaligus menjadi Narasumber.
“Kuningan memiliki potensi ubi jalar yang lebih besar di antara komoditas lain yang juga di tanam di Kabupaten Kuningan seperti jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah; kecuali padi. Tercatat pada tahun 2023 produksi ubi jalar mencapai 108.496 ton. Namun besarnya potensi ubi jalar ini belum termanfaatkan dengan cukup baik,” papar Narasumber.
Adapun pangan fungsional merupakan pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya.
“Dalam Ubi Jalar terkandung komponen-komponen seperti serat pangan, FOS, fenol dan antosianin yang cukup tinggi, sehingga ubi jalar bisa dikategorikan sebagai bahan pangan fungsional. Pengolahan ubi jalar menjadi pangan fungsional seperti tepung, pasta, es krim dan yoghurt sinbiotik diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi produk ubi jalar,” tuturnya.
Kegiatan yang diselenggarakan HIMATEPA dibawah Ketua Pelaksana Mona Nurlaila itu, diapresiasi baik oleh Kepala Desa Nanggerang Deni Ramadani, S.E. menjelaskan bahwa, Desa Nanggerang adalah salah satu desa sentra penghasil Ubi Jalar di Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan.
Lanjut Kades, tentunya sangat memerlukan adanya forum untuk bertukar informasi dan teknologi bersama perguruan tinggi seperti kegiatan seminar ini, agar masyarakat Desa Nanggerang dapat meningkatkan kesejahteraan, ketahanan pangan dan nilai tambah pada Ubi Jalar yang dihasilkan oleh masyarakat desa.
“Semoga kerja sama ini terus berlanjut ke pelatihan berikutnya, seperti workshop pembuatan yoghurt ubi jalar dan pembuatan pewarna alami dari ubi jalar ungu”. tuturnya