Global, Jabarupdate: China telah berhasil melaju lebih pesat dalam pengembangan teknologi nuklir, meninggalkan Amerika Serikat.
Bahkan disebutkan bahwa teknologi Nuklir di negara Paman Sam itu tertinggal 10 hingga 15 tahun di belakang China.
Menurut laporan yang dirilis oleh Yayasan Teknologi Informasi dan Inovasi pada Minggu (16/6/2024), China saat ini memiliki 27 reaktor nuklir yang sedang dikembangkan.
Dengan rata-rata waktu pengembangan hanya tujuh tahun per reaktor, China jauh lebih cepat dibandingkan dengan kebanyakan negara lain.
Laporan yang diterbitkan oleh Al Jazeera bahwa peningkatan pesat ini merupakan hasil dari strategi nasional yang koheren, mencakup pembiayaan berbunga rendah dan persetujuan peraturan yang disederhanakan.
“Pemerintah China telah memberikan prioritas besar pada pembangunan reaktor nuklir dalam negeri sebagai bagian dari strategi energi Beijing yang lebih luas,” kata laporan tersebut.
Strategi ini juga diharapkan membawa China menuju ekspor reaktor yang kompetitif, mengikuti jejak keberhasilan mereka dalam industri kendaraan listrik dan baterai.
Data menunjukkan bahwa antara tahun 2008 dan 2023, pangsa paten nuklir China meningkat dari 1,3 persen menjadi 13,4 persen, menjadikan negara ini pemimpin dalam jumlah permohonan paten fusi nuklir.
Laporan tersebut juga menantang narasi umum bahwa China adalah peniru sementara Amerika Serikat adalah inovator.
“Asumsi ini salah arah karena ada kemungkinan bagi para inovator untuk kehilangan kepemimpinannya dibandingkan mesin fotokopi dengan struktur biaya yang lebih rendah, seperti yang telah kita lihat di banyak industri AS, termasuk elektronik konsumen, semikonduktor, panel surya, peralatan telekomunikasi, peralatan mesin, dan, sangat mungkin, tenaga nuklir,” tulis laporan itu.
Walaupun saat ini, Amerika Serikat masih menjadi negara penghasil tenaga nuklir terbesar di dunia dengan 94 reaktor yang menyumbang sekitar sepertiga produksi global.
Namun, dalam satu dekade terakhir, AS hanya membangun dua reaktor baru, keduanya terlambat dibangun dan menghabiskan anggaran miliaran dolar.
Sebaliknya, pada bulan Desember lalu, China meluncurkan pembangkit listrik tenaga nuklir generasi keempat pertama di dunia di Teluk Shidao di provinsi Shandong timur.
Reaktor ini menggunakan gas untuk pendinginan, bukan air bertekanan, menjadikannya lebih aman dan efisien dibandingkan teknologi nuklir generasi sebelumnya.
Dengan perkembangan yang cepat dan terarah, China kini berada di posisi terdepan dalam teknologi nuklir, disebutkan bahwa ini merupaka sebuah pencapaian yang membuat Amerika Serikat harus berusaha keras untuk mengejar dalam 10 hingga 15 tahun ke depan.